-->

Selasa, 30 Agustus 2016

Kisah Perdebatan Nabi Nuh dengan Kaumnya yang Sesat

Meskipun Nabi Nuh As telah berusaha sekuat tenaga dalam berdakwah kepada kaumnya dengan segala kebijaksanaan, kecakapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang maupun malam dengan cara berbisik bisik atau cara terang dan terbuka ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerimanya dan mengikuti ajakannya. 


Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah. Sedangkan orang yang kaya raya, berkedudukan tinggi dan terpandang dalam masyarakat, yang merupakan penguasa tetapi membangkan tidak mempercayai Nabi Nuh as dan mengingkari semua yang diajarkannya dan tidak mau melepas kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha melumpuhkan dan menggagalkan dakwah Nabi Nuh as. Bahkan seorang ayah, apabila anaknya sudah menginjak umur dewasa, mewasiatkan agar tidak mengikuti Nuh sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, boleh dikatakan bahwa anak-anak tersebut mewarisi kemusyrikan dan kemaksiatan orang tuanya.

Perdebatan Nabi Nuh dengan Kaumnya

“Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, “kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai ) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melain orang-orang yan hina diantara kami yang lepas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta” (QS 11 :  27)

“Pemuka pemuka dari kaumnya berkata, “sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata”, Nuh menjawab, “Hai kaumku tidak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adlah utusan dari Tuhan semesta alam”. “Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu, dan aku mengtahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seraong laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertaqwa supaya kamu mendapat rahmat?” (QS 7 : 60 – 63)

Kemudian kaum nabi nuh mengemukakan syarat dengan berkata :”wahai nuh! jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamba-hamba sahaya itu. Urislah mereka dari pergaulanmu karena kami tidak dapat beraul dengan mereka, duduk berdampingan dengan mengikuti cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan kepercayaan. dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa, dan pembersar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin”

Nabi nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata “Risalah dan agam yang aku bawah adalah untuk semua orang tiada pengecualian, yang pandai maupun yang bodoh, yang kaya maupun miskin, majikan maupun buruh, di antara penguasa  dan rakyat biasa semua mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku memenuhi persyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan dkawahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan dari hidupku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi dakwahku. 

Dan bagaimanakah aku dapat mempertanggung jawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahwa aku telas membalas kesetiaan dan ketaan mereka dengan sebaliknya semata -mata untuk memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada persyaratanmu yang tidak wajaar dan tidak dapat diterima oleh pikiran yang sehat. sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang  bodoh dan tidak berfikiran sehat.

Kaum Nabi Nuh yang Tersesat

Pada Akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenenaran kata-kata Nabi Nuh as dan merasa kehabisan alasan untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka : “WAhai Nabi NUh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi mengkau mengulang-ulangi dakwah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. Datanglah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu”.

Alasan Kaum Nabi Nuh Mengingkari Kenabian Nabi Nuh

Kaum Nabi Nuh as tidak mau menghiraukan nasehat dan ancaman Allah. Mereka mengingkari kenabian Nuh berdasarkan beberapa alasan berikut ini:
  1. Nabi Nuh as adalah manusia biasa yang membutuhkan makan dan minum, bagaimana mungkin manusia menjadi Nabi? Nabi menurut pandangan mereka haruslah seorang malaikat.
  2. Pengikut-pengikut Nabi Nuh as adalah orang-orang lemah, yakni orang-orang fakir yang terdiri dari para buruh, petani dan orang-orang miskin. Mereka mengikuti nabi nuh as, menurut anggapan mereka, tanpa berpikir lebih dulu, dan tidak mempunya kelebihan apa-apa.
  3. Mereka menuduh nabi nuh as dan para pengikutnya sebagai orang-orang bohong, tetapi tudukan mereka hanya berdasarkan sangkaan tanpa bukti.


 Sumber: http://ceritaislami.net


EmoticonEmoticon