Meskipun Nabi Nuh As telah
berusaha sekuat tenaga dalam berdakwah kepada kaumnya dengan segala
kebijaksanaan, kecakapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang
maupun malam dengan cara berbisik bisik atau cara terang dan terbuka ternyata
hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerimanya dan mengikuti
ajakannya.
Mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial
lemah. Sedangkan orang yang kaya raya, berkedudukan tinggi dan terpandang dalam
masyarakat, yang merupakan penguasa tetapi membangkan tidak mempercayai Nabi
Nuh as dan mengingkari semua yang diajarkannya dan tidak mau melepas
kepercayaan mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha
melumpuhkan dan menggagalkan dakwah Nabi Nuh as. Bahkan seorang ayah, apabila
anaknya sudah menginjak umur dewasa, mewasiatkan agar tidak mengikuti Nuh
sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, boleh dikatakan bahwa anak-anak tersebut
mewarisi kemusyrikan dan kemaksiatan orang tuanya.
Perdebatan Nabi Nuh dengan Kaumnya
“Maka berkatalah
pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya, “kami tidak melihat kamu, melainkan
(sebagai ) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat
orang-orang yang mengikuti kamu, melain orang-orang yan hina diantara kami yang
lepas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun
atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta” (QS 11
: 27)
“Pemuka pemuka dari kaumnya
berkata, “sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata”,
Nuh menjawab, “Hai kaumku tidak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku
adlah utusan dari Tuhan semesta alam”. “Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat
tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu, dan aku mengtahui dari Allah apa yang
tidak kamu ketahui. Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepada
kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seraong laki-laki dari
golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan mudah-mudahan kamu bertaqwa
supaya kamu mendapat rahmat?” (QS 7 : 60 – 63)
Kemudian kaum nabi nuh
mengemukakan syarat dengan berkata :”wahai nuh! jika engkau menghendaki kami
mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada agama yang
engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang
petani, buruh dan hamba-hamba sahaya itu. Urislah mereka dari pergaulanmu
karena kami tidak dapat beraul dengan mereka, duduk berdampingan dengan
mengikuti cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu agama dan
kepercayaan. dan bagaimana kami dapat menerima satu agama yang menyamaratakan
para bangsawan dengan orang awam, penguasa, dan pembersar dengan buruh-buruhnya
dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin”
Nabi nuh menolak pensyaratan
kaumnya dan berkata “Risalah dan agam yang aku bawah adalah untuk semua orang
tiada pengecualian, yang pandai maupun yang bodoh, yang kaya maupun miskin,
majikan maupun buruh, di antara penguasa dan rakyat biasa semua mempunyai
kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allah. Andai kata aku
memenuhi persyaratan kamu dan meluluskan keinginanmu menyingkirkan para
pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan
dkawahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan dari
hidupku orang-orang yang telah beriman dan menerima dakwahku dengan penuh keyakinan
dan keikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya, orang-orang telah
membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi
dakwahku.
Dan bagaimanakah aku dapat mempertanggung jawabkan tindakan
pengusiranku kepada mereka terhadap Allah bila mereka mengadu bahwa aku telas
membalas kesetiaan dan ketaan mereka dengan sebaliknya semata -mata untuk
memenuhi permintaanmu dan tunduk kepada persyaratanmu yang tidak wajaar dan
tidak dapat diterima oleh pikiran yang sehat. sesungguhnya kamu adalah
orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sehat.
Kaum Nabi Nuh yang Tersesat
Pada Akhirnya, karena merasa
tidak berdaya lagi mengingkari kebenenaran kata-kata Nabi Nuh as dan merasa
kehabisan alasan untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka
: “WAhai Nabi NUh! Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup
berdialog serta mendengar dakwahmu yang sudah menjemukan itu. Kami tetap tidak
akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercayaan dan adat-istiadat
kami sehingga tidak ada gunanya lagi mengkau mengulang-ulangi dakwah dan
ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami. Datanglah apa yang engkau benar-benar
orang yang menepati janji dan kata-katanya. Kami ingin melihat kebenaran
kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyataan. Karena kami masih tetap belum
mempercayaimu dan tetap meragukan dakwahmu”.
Alasan Kaum Nabi Nuh Mengingkari Kenabian Nabi Nuh
Kaum Nabi Nuh as tidak mau
menghiraukan nasehat dan ancaman Allah. Mereka mengingkari kenabian Nuh
berdasarkan beberapa alasan berikut ini:
- Nabi Nuh as adalah manusia biasa yang membutuhkan makan dan minum, bagaimana mungkin manusia menjadi Nabi? Nabi menurut pandangan mereka haruslah seorang malaikat.
- Pengikut-pengikut Nabi Nuh as adalah orang-orang lemah, yakni orang-orang fakir yang terdiri dari para buruh, petani dan orang-orang miskin. Mereka mengikuti nabi nuh as, menurut anggapan mereka, tanpa berpikir lebih dulu, dan tidak mempunya kelebihan apa-apa.
- Mereka menuduh nabi nuh as dan para pengikutnya sebagai orang-orang bohong, tetapi tudukan mereka hanya berdasarkan sangkaan tanpa bukti.
EmoticonEmoticon