-->

Sabtu, 03 September 2016

Kisah Penyembelihan Nabi Ismail as

Pada awalnya, Nabi Ibrahim bermimpi telah diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail. Ketika itu, Nabi Ismail telah menginjak remaja. Nabi Ibrahim sangat sedih. Meskipun demikian, Nabi Ibrahim tetap menaati-Nya. Kemudian, Nabi Ibrahim menemui Ismail dan berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi seolah-olah aku menyembelihmu. Bagaimana menurutmu ?” Nabi Ismail menjawab, “Wahai ayahku ! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Insya Allah, engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”.


Nabi Ibrahim benar-benar terharu mendengar jawaban Nabi Ismail. Pada suatu hari tanpa sepengetahuan Hajar, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail keluar meninggalkan rumah. Mereka pergi ke tempat yang jauh, yaitu antara Mekkah dan Arafah. Dalam perjalanan, Nabi Ibrahim diganggu oleh Iblis. Iblis menyamar sebagai seorang laki-laki. Orang itu menanyakan kepada Nabi Ibrahim mengenai maksud dan tujuannya. Tanpa curiga Nabi Ibrahim mengatakan hal yang sebenarnya. Laki-laki itu terkejut. Laki-laki itu berkata, “Engkau hendak mengorbankan anak tunggalmu ?” Nabi Ibrahim menjawab, “Ya, Aku melakukannya menurut perintah Allah swt”.

Laki-laki itu langsung mencegah rencana Nabi Ibrahim. Laki-laki itu berkata, “Apakah kamu sudah memikirkan masak-masak ? Jika anakmu meninggal, siapa yang akan melanjutkan tugasmu sebagai Rasul Tuhan ?” Nabi Ibrahim menjawab, “Tidak. Kami tidak memikirkannya, kami hanya ingin menuruti perintah Allah”. “Benarkah ini perintah Allah ?” Laki-laki itu kembali bertanya sambil berusaha mencegah Nabi Ibrahim. Melihat hal tersebut, Nabi Ibrahim tersadar. Laki-laki yang berada di hadapannya pasti bukan orang biasa. Dia pastilah iblis karena makhluk terkutuk ini selalu menghalangi manusia dalam mengikuti perintah Allah swt. Nabi Ibrahim mengajak anaknya untuk melempari iblis dengan batu. Iblis pun berlari terbirit-birit ketakutan. Tempat mereka melempari iblis ini kemudian dikenal dengan nama Jumrah Ula.

Nabi Ibrahim mengucap syukur kepada Allah atas lewatnya godaan iblis ini. Kemudian mereka pun melanjutkan perjalanan. Tidak lama kemudian, mereka bertemu dengan laki-laki asing lain. Laki-laki itu bertanya, “Kalian hendak ke mana ? Mengapa tergesa-gesa ?” Nabi Ibrahim menjawab, “kami hendak melaksanakan perintah Allah”. Laki-laki itu bertanya dengan rasa ingin tahu, “Perintah apa ?” Nabi Ibrahim menjawab, “Perintah Allah untuk mengorbankan anakku ini”. Laki-laki itu berkata, “Anakmu mau dikorbankan ? Apa aku tidak salah dengar. Lihatlah ! Anakmu ini tampan sekali dan kelihatan cerdas. Masa depannya pasti sangat baik. Mengapa hendak engkau korbankan ?” Begitulah perintah Allah kepadaku, “jawab Nabi Ibrahim. Laki-laki itu berkata, “Engkau sungguh gila. Jangan lakukan hal itu karena engkau akan menyesal nanti”.

Nabi Ibrahim kembali teringat pada sifat-sfat iblis. Laki-laki ini pasti penjelmaan iblis juga. Beliau langsung mengajak Ismail melempari iblis dengan batu. “Dasar iblis celaka ! Rasakan lemparanku !” Nabi Ibrahim dan Ismail menjadi kesal. Melihat hal tersebut, iblis berlari ketakutan. Tempat Nabi Ibrahim dan Ismail melempar iblis yang kedua kali itu disebut Jumrah Wustha. Nabi Ibrahim dan Ismail merasa lega. Godaan iblis telah dapat dilalui dengan selamat. Kemudian mereka mempercepat langkah menuju tempat yang dituju. Tiba-tiba terdengar panggilan dari belakang mereka, “Hei, kalian mau ke mana ?” Keduanya pun berhenti. Seorang laki-laki datang mendekati mereka. Dia bertanya lagi, “kalian mau ke mana ?”


Kami ingin melaksanakan perintah Allah, “jawab Nabi Ibrahim. “Kalau aku boleh tahu, perintah apakah itu ?” Tanya orang itu. Nabi Ibrahim menjawab, “Kamu tidak perlu tahu, kami sedang tergesa-gesa”. “Jangan begitu, kalian harus memikirkan segala sesuatu dengan matang. Meskipun itu perintah dari Allah swt, kalian jangan tergesa-gesa melaksanakannya, “kata laki-laki tersebut. Nabi Ibrahim kembali sadar siapa sebenarnya orang di hadapannya itu. Beliau langsung melemparinya dengan batu. “Dasar iblis ! Pergi kau !” teriak Nabi Ibrahim dengan geram. Iblis itu pun ketakutan dan lari kencang meninggalkan mereka berdua. Tempat Nabi Ibrahim dan Ismail melempari iblis yang ketiga kalinya tersebut dinamakan Jumrah Aqabah. Nabi Ibrahim dan Ismail kembali melanjutkan perjalanan.

Setelah sampai di suatu tempat, Nabi Ibrahim menidurkan Ismail di atas tanah. Sebelum disembelih, Ismail berpesan agar ayahnya mengikat badannya dengan kuat. Ia juga menginginkan Nabi Ibrahim melepas pakaiannya. Dengan demikian, pakaiannya tidak terkena darah. Ia tidak ingin ibunya bersedih ketika melihat pakaiannya. Pakaian tersebut akan diberikan kepada ibunya sebagai kenang-kenangan. Mendengar pesan anaknya, Nabi Ibrahim semakin sedih. Nabi Ibrahim mulai menyembelih, tetapi pisaunya tumpul dan tidak berfungsi. Berkali-kali hal itu dilakukan, tetapi selalu gagal. Kemudian, Allah berseru kepadanya, “Wahai Ibrahim, sungguh engkau telah melaksanakan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”. Nabi Ismail selamat dan Nabi Ibrahim bersyukur kepada Allah swt. Tempat Ismail telah digantikan oleh seekor kambing.


Akhlak Nabi Ismail



Beberapa ayat Al-Quran menceritakan tentang akhlak Nabi Ismail. Dalam Surat Shaad ayat 48, Ismail merupakan salah satu orang yang paling baik. Surat Maryam ayat 54 menyatakan bahwa Nabi Ismail adalah orang yang selalu menepati janjinya. Nabi Ismail juga termasuk orang-orang yang sabar (Quran Surat Al-Anbiyaa ayat 85). Nabi Ismail adalah seorang yang taat beribadah, sopan santun, dan lemah lembut. Ia juga berdakwah kepada keluarga dan umatnya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat. Sungguh, ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya. 

Sumber: http://dunia-nabi.blogspot.co.id/


EmoticonEmoticon