Pada awalnya, Nabi
Ibrahim bermimpi telah diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih anaknya, Nabi
Ismail. Ketika itu, Nabi Ismail telah menginjak remaja. Nabi Ibrahim sangat
sedih. Meskipun demikian, Nabi Ibrahim tetap menaati-Nya. Kemudian, Nabi
Ibrahim menemui Ismail dan berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi
seolah-olah aku menyembelihmu. Bagaimana menurutmu ?” Nabi Ismail menjawab,
“Wahai ayahku ! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Insya Allah,
engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”.
Nabi Ibrahim
benar-benar terharu mendengar jawaban Nabi Ismail. Pada suatu hari tanpa
sepengetahuan Hajar, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail keluar meninggalkan rumah.
Mereka pergi ke tempat yang jauh, yaitu antara Mekkah dan Arafah. Dalam
perjalanan, Nabi Ibrahim diganggu oleh Iblis. Iblis menyamar sebagai seorang
laki-laki. Orang itu menanyakan kepada Nabi Ibrahim mengenai maksud dan tujuannya.
Tanpa curiga Nabi Ibrahim mengatakan hal yang sebenarnya. Laki-laki itu
terkejut. Laki-laki itu berkata, “Engkau hendak mengorbankan anak tunggalmu ?”
Nabi Ibrahim menjawab, “Ya, Aku melakukannya menurut perintah Allah swt”.
Laki-laki itu langsung
mencegah rencana Nabi Ibrahim. Laki-laki itu berkata, “Apakah kamu sudah
memikirkan masak-masak ? Jika anakmu meninggal, siapa yang akan melanjutkan
tugasmu sebagai Rasul Tuhan ?” Nabi Ibrahim menjawab, “Tidak. Kami tidak
memikirkannya, kami hanya ingin menuruti perintah Allah”. “Benarkah ini
perintah Allah ?” Laki-laki itu kembali bertanya sambil berusaha mencegah Nabi
Ibrahim. Melihat hal tersebut, Nabi Ibrahim tersadar. Laki-laki yang berada di
hadapannya pasti bukan orang biasa. Dia pastilah iblis karena makhluk terkutuk
ini selalu menghalangi manusia dalam mengikuti perintah Allah swt. Nabi Ibrahim
mengajak anaknya untuk melempari iblis dengan batu. Iblis pun berlari
terbirit-birit ketakutan. Tempat mereka melempari iblis ini kemudian dikenal
dengan nama Jumrah Ula.
Nabi Ibrahim mengucap
syukur kepada Allah atas lewatnya godaan iblis ini. Kemudian mereka pun
melanjutkan perjalanan. Tidak lama kemudian, mereka bertemu dengan laki-laki
asing lain. Laki-laki itu bertanya, “Kalian hendak ke mana ? Mengapa
tergesa-gesa ?” Nabi Ibrahim menjawab, “kami hendak melaksanakan perintah
Allah”. Laki-laki itu bertanya dengan rasa ingin tahu, “Perintah apa ?” Nabi
Ibrahim menjawab, “Perintah Allah untuk mengorbankan anakku ini”. Laki-laki itu
berkata, “Anakmu mau dikorbankan ? Apa aku tidak salah dengar. Lihatlah !
Anakmu ini tampan sekali dan kelihatan cerdas. Masa depannya pasti sangat baik.
Mengapa hendak engkau korbankan ?” Begitulah perintah Allah kepadaku, “jawab
Nabi Ibrahim. Laki-laki itu berkata, “Engkau sungguh gila. Jangan lakukan hal
itu karena engkau akan menyesal nanti”.
Nabi Ibrahim kembali
teringat pada sifat-sfat iblis. Laki-laki ini pasti penjelmaan iblis juga.
Beliau langsung mengajak Ismail melempari iblis dengan batu. “Dasar iblis
celaka ! Rasakan lemparanku !” Nabi Ibrahim dan Ismail menjadi kesal. Melihat
hal tersebut, iblis berlari ketakutan. Tempat Nabi Ibrahim dan Ismail melempar
iblis yang kedua kali itu disebut Jumrah Wustha. Nabi Ibrahim dan Ismail merasa
lega. Godaan iblis telah dapat dilalui dengan selamat. Kemudian mereka
mempercepat langkah menuju tempat yang dituju. Tiba-tiba terdengar panggilan
dari belakang mereka, “Hei, kalian mau ke mana ?” Keduanya pun berhenti.
Seorang laki-laki datang mendekati mereka. Dia bertanya lagi, “kalian mau ke
mana ?”
Kami ingin melaksanakan
perintah Allah, “jawab Nabi Ibrahim. “Kalau aku boleh tahu, perintah apakah itu
?” Tanya orang itu. Nabi Ibrahim menjawab, “Kamu tidak perlu tahu, kami sedang
tergesa-gesa”. “Jangan begitu, kalian harus memikirkan segala sesuatu dengan
matang. Meskipun itu perintah dari Allah swt, kalian jangan tergesa-gesa
melaksanakannya, “kata laki-laki tersebut. Nabi Ibrahim kembali sadar siapa
sebenarnya orang di hadapannya itu. Beliau langsung melemparinya dengan batu.
“Dasar iblis ! Pergi kau !” teriak Nabi Ibrahim dengan geram. Iblis itu pun
ketakutan dan lari kencang meninggalkan mereka berdua. Tempat Nabi Ibrahim dan
Ismail melempari iblis yang ketiga kalinya tersebut dinamakan Jumrah Aqabah.
Nabi Ibrahim dan Ismail kembali melanjutkan perjalanan.
Setelah sampai di suatu
tempat, Nabi Ibrahim menidurkan Ismail di atas tanah. Sebelum disembelih,
Ismail berpesan agar ayahnya mengikat badannya dengan kuat. Ia juga
menginginkan Nabi Ibrahim melepas pakaiannya. Dengan demikian, pakaiannya tidak
terkena darah. Ia tidak ingin ibunya bersedih ketika melihat pakaiannya.
Pakaian tersebut akan diberikan kepada ibunya sebagai kenang-kenangan.
Mendengar pesan anaknya, Nabi Ibrahim semakin sedih. Nabi Ibrahim mulai
menyembelih, tetapi pisaunya tumpul dan tidak berfungsi. Berkali-kali hal itu
dilakukan, tetapi selalu gagal. Kemudian, Allah berseru kepadanya, “Wahai Ibrahim,
sungguh engkau telah melaksanakan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”. Nabi Ismail selamat dan Nabi
Ibrahim bersyukur kepada Allah swt. Tempat Ismail telah digantikan oleh seekor
kambing.
Akhlak Nabi Ismail
Beberapa ayat Al-Quran
menceritakan tentang akhlak Nabi Ismail. Dalam Surat Shaad ayat 48, Ismail
merupakan salah satu orang yang paling baik. Surat Maryam ayat 54 menyatakan
bahwa Nabi Ismail adalah orang yang selalu menepati janjinya. Nabi Ismail juga
termasuk orang-orang yang sabar (Quran Surat Al-Anbiyaa ayat 85). Nabi Ismail
adalah seorang yang taat beribadah, sopan santun, dan lemah lembut. Ia juga
berdakwah kepada keluarga dan umatnya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat.
Sungguh, ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.
Sumber: http://dunia-nabi.blogspot.co.id/
EmoticonEmoticon