Pada suatu masa, kaum
Bani mIsrael mengalami kemarau panjang. Mereka berbondong-bondong meminta Nabi
Musa berdoa agar Allah menurunkan hujan.
Setelah itu, Nabi Musa
dan kaum Bani Israel pergi ke tengah padang pasir. Disana, ia berdoa agar Allah
mendatangkan hujan. Namun setelah sekian lama, hujan juga tidak turun. Bahkan
sinar matahari semakin panas. Kemudian, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa, Allah memberitahukan bahwa ada
salah satu di antara kaum Bani Israel yang menentang-Nya.
Orang itu telah berbuat
maksiat selama empat puluh tahun. Oleh karena itulah, Allah tidak mengabulkan
doa Nabi Musa. Untuk itu, Allah meminta Nabi Musa berseru kepada kaum Bani
Israel sehinggga orang tersebut keluar dari kerumunan kaum Bani Israel.
Setelah itu, Nabi Musa
berseru agar orang yang telah berbuat maksiat selama empat puluh tahun itu
keluar dari kerumunan. Ketika itu, kerumunan Bani Israel mencapai 70.000 lebih.
Pelaku maksiat itu merasa bahwa dirinyalah yang dimaksud. Bila ia keluar,
keburukkannya akan diketahui oleh orang lain. Namun, bila tidak keluar, hujan
tidak akan turun. Akhirnya, ia menutup kepalanya dengan jubah. Secara
diam-diam, ia keluar dan memohon ampunan kepada Allah. Tidak lama kemudian,
awan menghitam dan air tercurah dari langit.
Nabi Musa keheranan
karena Allah menurunkan hujan, padahal tidak ada satu pun di antara kaum Bani Israel yang keluar
dari kerumanan. Allah pun menjelaskan bahwa
pelaku yang maksiat itu telah keluar. Nabi Musa meminta Allah memperlihatkan orang tersebut.
Kemudian Allah
berfirman, “Pada saat dia berbuat maksiat pun, Aku tidak membuka keburukannya.
Bagaimana mungkin Aku membuka keburukannya pada saat ia menaati-Ku?!”. Sungguh,
Allah Maha Penyayang kepada setiap hamba-Nya.
“Dan apabila
hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (Jawablah) bahwasanya Aku
adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku (Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 186”).
Sumber; http://dunia-nabi.blogspot.co.id/
EmoticonEmoticon