Allah memerintahkan Nabi Musa untuk mengajak raja Firaun menyembah kepada Allah swt. Ketika itu, Nabi Musa ditemui oleh Nabi Harun, Firaun adalah gelar bagi raja-raja Mesir purbakala. Menurut ahli sejarah. Firaun di masa Nabi Musa as ialah Menephthah (1232-1224 SM), anak dari Rames.
Ketika bertemu dengan Firaun, Nabi Musa menyeru kepada Firaun untuk menyembah Allah. Namun Firaun tidak memperdulikannya. Firaun juga marah karena Nabi Musa tidak mengakuinya sebagai Tuhan. Oleh karena itu, ia ingin memenjarakan Nabi Musa dan Nabi harun.
Kemudian Nabi Musa berkata, “Hai Firaun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam, wajib atasku tidak mengatakan sesuatu terhadap Allah, kecuali yang hak. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata dari Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Israel (pergi) bersama aku. “Firaun menjawab. “Jika benar kamu membawa sesuatu bukti, maka datangkanlah bukti itu jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang benar”. ( Al-Quran Surat Al-A”raaf ayat 104-106).
Kemudian, Nabi Musa menunjukkan mukjizat yang ada padanya. Pada saat tongkatnya dilempar, tongkat itu berubah menjadi ular. Selain itu Nabi Musa memasukkan tangannya ke dalam ketiaknya. Ketika tangannya dikeluarkan, tangannya menjadi putih berkilauan.
Dengan menunjukkan mukjizat tersebut, Nabi Musa berharap kepada Firaun akan menjadi sadar akan kekuasaan Allah. Namun, Firaun menganggap hal itu hanyalah sihir. Firaun tetap tidak mau menyembah kepada Allah swt.
“Maka tatkala Nabi Musa datang kepada mereka dengan (membawa) mukjizat-mukjizat. Kami yang nyata, mereka berkata: Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami belum pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada nenek moyang kami dahulu.” (Surat Al-Qashash ayat 36).
Maka Nabi Musa menjatuhkan tongkatnya, lalu seketika itu juga tongkat itu menjadi ular yang sebenarnya. Dan ia mengeluarkan tangannya, maka ketika itu juga tangan itu menjadi putih bercahaya (kelihatan) oleh orang-orang yang melihatnya. Pemuka-pemuka kaum Firaun berkata, “sesungguhnya Musa ini adalah ahli sihir yang pandai.” (Surat Al-A”raaf ayat 107-109).
Firaun menuduh Nabi Musa sebagai seorang ahli penyihir. Firaun meminta kepada Nabi Musa untuk melawan ahli-ahli sihir kerajaan Firaun. Pada waktu yang telah ditentukan, Nabi Musa, ahli-ahli sihir dari seluruh negeri Mesir, dan banyak orang lainnya berkumpul dilapangan. Ahli-ahli sihir memperlihatkan kemampuannya terlebih dahulu. Mereka melempar tongkat masing-masing. Tongkat-tongkat tersebut berubah menjadi ular-ular yang kecil.
Ketika tiba giliran, Nabi Musa melempar tongkatnya. Kemudian, muncullah seekor ular yang sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa Allah Maha Berkuasa. Ular besar itu memakan ular-ular kecil yang ada dihadapannya.
Para ahli sihir sangat terkejut. Wajah mereka menjadi pucat pasi melihat ular besar memakan ular-ular kecil. Mereka merasa kalah dan hina dengan kejadian tersebut itu dihadapan mereka.
Kisah ini diceritakan dalam Al-Quran Surat Al-A”raaf ayat 115-119. Ahli-ahli sihir berkata, “Hai Musa, kamukah yang akan melemparkan lebih dahulu, ataukah kami yang akan melemparkan?” Musa menjawab, “Lemparkanlah (lebih dahulu)!” maka tatkala mereka melemparkan, mereka menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan). Dan Kami wahyukan kepada Musa, “Lemparkanlah tongkatmu!” Maka sekonyong-konyong tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan. Karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan. Maka mereka kalah ditempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.
Setelah Nabi Musa menunjukkan mukjizatnya, para ahli sihir Firaun menjadi insyaf. Mereka yakin bahwa Nabi Musa adalah benar-benar utusan Allah. Kemudian, mereka menjatuhkan diri dan bersujud. Mereka terus bersujud kepada Allah karena meyakini kebenaran ajaran Nabi Musa dan bukan ahli sihir seperti yang mereka duga sebelumnya. Mereka berkata, “kami beriman kepada Tuhan seluruh alam, yaitu Tuhannya Musa dan Harun.
Mendengar hal itu, Firaun sangat marah. Ia mengatakan bahwa peristiwa itu adalah tipu muslihat Nabi Musa. “Aku tidak mengizinkan kalian beriman kepada Tuhannya Musa” kata Firaun. Para ahli sihir menjawab, “Untuk beriman kepada Allah swt, tidak perlu izin darimu, Firaun.”
Firaun semakin marah. Ia berkata, “Pasti aku akan memotong tangan dan kakimu secara bersilang. Kemudian aku akan menyalib kalian.” Firaun bermaksud memotong tangan kanan dan kaki kiri atau tangan kiri dan kaki kanan para ahali sihir.
Para ahli sihir menjawab, “Sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. Engkau menyiksa kami untuk membalas dendam kepada kami yang beriman kepada ayat-ayat Allah.”
Para ahli sihir menyadari keselamatan mereka terancam. Lalu, mereka berdoa, “Ya Tuhan kami limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan beriman.” Setelah itu, Firaun memerintahkan pengikutnya untuk menyalib para ahli sihir tersebut. Para tukang sihir disalib pada kayu berpalang di tebing Sungai Nil.
Bertaqwalah kepada Allah dengan taqwa sebenar-benarnya. Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh keikhlasan. Janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Dari peristiwa ini, banyak orang yang meyakini ajaran Nabi Musa. Diantaranya ialah orang-orang Bani Israel Nabi Musa dan Nabi Harun bersyukur kepada Allah swt.
Sumber:http://dunia-nabi.blogspot.co.id/
EmoticonEmoticon