gb.educastudio |
4. Ibrahim Dibesarkan Dalam Gua
Di saat suasana
genting, seorang ibu yang sedang hamil tua merasa ketakutan. Wanita itu tidak
lain adalah orang tua nabi Ibrahim yang memikirkan cara untuk menyelamatkan
bayinya jika dilahirkan.
Di saat-saat seperti
itu Allah menunjukkan jalan yaitu mereka disuruh mengungsi ke sebuah gua yang
tidak jauh dari perkampungan. Bisikan itu semakin kuat menyentak dalam hati
sang ibu sehingga tanpa disengaja ia meninggalkan perkampungan tengah malam.
Setelah berada dalam
gua, tidak lama kemudian ibunya melahirkan anak laki-Iaki yang gagah dan
tampan. Meskipun demikian ia sangat takut. Akhirnya semua itu ia serahkan
kepada Keagungan Allah semata.
Hari demi hari sang ibu
berada dalam gua. Kadang kala ayahnya (Azar) menengok dengan diam-diam sambil
mengantar makanan. Ia juga merasa khawatir dengan lahirnya anak laki-Iaki itu.
Meskipun demikian semua yang terjadi didalam gua dirahasiakan agar masyarakat
tidak mengetahuinya.
Tahun demi tahun mereka
lalui dalam gua sehingga Ibrahim beranjak besar. Suatu hari ketika ibunya
keluar gua guna mencari makanan ia pun keluar juga. la sangat takjub melihat
keindahan alam di sekitarnya. Di saat demikian ia memikirkan siapa yang
menciptakan dirinya, alam sekitarnya dan ayah ibunya.
la merasa heran melihat
alam sekelilingnya sebab sebelumnya tidak pernah melihat atau mendengar cerita
ibunya. la bertanya-tanya dalam hati. mengapa orang tuanya menyembunyikan
dirinya dalam gua dan tidak pernah menceritakannya.
Namun rasa takjub dalam
hatinya segera berakhir sebab ibunya datang dan mengajak masuk ke dalam gua
kembali. Hal ini membuat Ibrahim kecil bertanya-pada ibunya.
" Mengapa ibu
tidak menceritakan sebelumnya tentang keindahan alam di luar sana ?,
"tanya Ibrahim kepada ibunya begitu berada di dalam gua. Ibunya hanya
menghela nafas, sepertinya ada yang disembunyikan.
" Mengapa ibu atau
ayah tidak mau menceritakan keadaan sebenarnya. Dan mengapa pula aku lahir dan
besar di rumah ini?, "tanya Ibrahim lagi. la menganggap gua itu adalah
rumahnya. Dengan perlahan tapi pasti ibunya menerangkan kejadian yang
sebenarnya.
" Sebebenarnya ibu
merasa berat untuk menceritakan sesuatu kepadamu, namun suatu saat nanti kau
pasti ingin mengetahui, "kata ibunya memulai menerangkan keadaan yang
sebenarnya.
" Waktu itu,. ibu
hamil sembilan bulan ada bencana yang menimpa anak-anak bayi di perkampungan
kita. Kemudian kau kulahirkan disini dan kubesarkan hingga kini, agar terhindar
dari bencana itu, "kata ibunya lebih lanjut. Nabi Ibrahim yang diberi
karunia Allah tidak puas mendengar penuturan ibunya.
" Kalau aku boleh
tahu, bencana apa yang menimpa anak laki-Iaki waktu itu, "tanya Ibrahim
lagi.
" Bencana tersebut
adalah kekejaman tuan raja, ia tidak suka terhadap bayi laki-Iaki, sehingga
setiap ada bayi laki-Iaki yang lahir dibunuhnya, "kata ibunya
menceritakan.
" Wahai ibunda apa
yang menyebabkan raja berlaku seperti itu, "tanya nabi Ibrahim merasa
belum puas. Meskipun mendapat berondongan pertanyaan dari anaknya seperti itu,
ibunya tetap menceritakan kejadian yang sebenarnya. Sehingga tiada satupun
kisah yang tercecer dan hal ini membuat Ibrahim puas mendengamya.
Setelah mendengar
penuturan ibunya seperti itu, ia bermaksud keluar untuk mencari udara bebas.
Maksudnya ialah keluar seterusnya, selain itu ia juga ingin melihat dan
mengetahui perkampungannya. Namun keinginan itu tidak diizinkan ibunya,
sehingga sampai beberapa tahun ia harus bersabar tinggal dalam goa.
Sejak keluar pertama
kali, ia selalu merenung. Menanyakan siapa yang menciptakan langit, bumi dan
air. Ia juga bertanya dalam hati siapa yang menciptakan dan menatanya di
langit, Namun semua itu belum terjawabkan. Pemikiran seperti ini sebenarnya
sudah lama bersarang dalam hati.
5. Ibrahim Mencari Tuhan
Setelah mengetahui
keadaan di luar goa yang menakjubkan, maka Ibrahim tidak bisa diam begitu saja.
Di dalam benaknya tersimpan sejuta perlanyaan. Siapa yang menciptakan keindahan
alam ini, pikirnya. Namun semua pertanyaan itu tiada satupun yang terjawab.
Suatu hari ia menelusuri kehidupan di muka bumi dan berusaha mencari
penciptanya.
Nabi Ibrahim sudah
memastikan bahwa semua itu ada penciptanya. Maka ketika malam tiba dan ia
melihat bintang bersinar terang segera beranggapan bahwa bintang itu tuhan.
Namun Ibrahim sangat kecewa sebab ketika pagi menjelang bintang-bintang itu
tidak ada lagi. la segera menarik inisiatif bahwa tuhan itu abadi, sehingga bintang
yang disangka tuhan itu bukanlah Tuhannya.
Ketika pagi tampak
cerah, maka muncullah matahari yang bulat dan bersinar terang sehingga manusia
bekerja tanpa bantuan lentera, ia menganggapnya Tuhan. Namun ketika sore
menjelang matahari semakin lama semakin hilang dan lenyap di sebelah barat. Hal
ini sangat mengecewakan hatinya. la pun memastikan bahwa matahari bukanlah
Tuhan. Sebab matahari tidak abadi, padahal Tuhan itu abadi.
Ketika malam menjelang
dan diufuk timur menyembul bulan yang terang benderang mengalahkan sinar
bintang. Ibrahim pun menduga bahwa bahwa rembulan itu adalah Tuhan yang
dicarinya. la berprasangka demikian karena rembulan tidak setiap malam
mengeluarkan sinarnya. Dari sinarnya manusia tidak kegelapan. Namun betapa
kecewanya ketika mengetahui bahwa bulan itu makin hilang hingga akhirnya lenyap
di sebelah barat. Ibrahim pun tidak yakin bahwa rembulan itu adalah Tuhan.
Allah memberi petunjuk
kepada Ibrahim bahwa semua yang disangka Tuhan itu sebenarnya ciptaan-Nya saja.
Namun Tuhan yang dicarinya adalah Tuhan Allah, tidak bisa mati. Mengapa
demikian ? Sebab jika Tuhan itu mati tentu kehidupan ini juga tidak lama. Namun
bintang-bintang yang telah lenyap itu esok malamnya muncul kembali. Jadi Tuhan
yang dicarinya itu tidak pernah mati.
Ibrahim juga berpikiran
bahwa pencipta langit, bumi dan isinya ini hanya satu. Sebab-jika dua, maka
akan hancurlah kehidupan ini dengan segera. Sebab jika Tuhan itu dua dan
satunya tidak sama pendapatnya dengan yang lain niscaya bumi ini sudah lama
hancur.
Boleh dikatakan setiap
hari nabi Ibrahim selalu mencari Tuhan. Meskipun demikian ia tidak mau
menyembah berhala seperti yang dilakukan ayahnya dan semua masyarakat. la
mencari Tuhan dengan menggunakan akal pikiran yang jernih.
Suatu malam yang lain
nabi Ibrahim berkata pada Tuhan meskipun ia belum mengetahui Tuhannya :
" Ya Tuhan yang
menjadikan langit dan bumi serta isinya, kini aku menghadapkan diriku
kepada-Mu, meski aku belum tahu wujud-Mu. Sebab aku telah lelah mencari Engkau
: kata nabi Ibrahim seraya bersujud. Hal ini juga telah diterangkan dalam Al
Quran surat Al An-am ayat 79 yang artinya " Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan
langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah
termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan". (Al An'am : 79).
Setelah nabi Ibrahim
bersujud kemudian minta bukti pada Allah bagaimana caranya menghidupkan orang
sudah mati. Hal ini dilakukan pada keesokan harinya.
" Ya Tuhanku, aku
percaya dan yakin bahwa Engkau yang mampu menghidupkan orang yang telah mati.
Bagaimana caranya dan tunjukkan padaku bukti-bukti itu. "kata Ibrahim
dalam doanya.
Hal ini ditanyakan pada
Tuhan dan meminta buktinya sebab ia yakin bahwa sesudah kehidupan duniawi pasti
ada kehidupan lainnya. Allah Maha Mendengar dan Mengetahui. Sehingga pertanyaan
permintaan nabi Ibrahim itupun didengar-Nya. Allah berfirman pada Ibrahim, yang
berarti:
" Belum yakinkah
kamu, hai Ibrahim !".
Ketika nabi Ibrahim
mendapat firman seperti itu, ia lalu bersujud dan berkata : "Aku telah
meyakininya, tapi agar hatiku tetap mantap dan lebih yakin, maka aku meminta
kepada-Mu bukti itu, "kata nabi Ibrahim sambil bersujud. la yakin bahwa
Allah akan menunjukkan buktinya bahwa la yang menghidupkan dan mematikan semua
makhluk di bumi ini. Kemudian Allah berfirman:
Wahai Ibrahim, kalau
demikian keinginanmu, maka ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah
semuanya. Kemudian taruh di bukit dengan satu cincangan burung yang telah
berbaur. Setelah itu panggillah, niscaya mereka akan datang !" Kemudian
Ibrahim mencari empat ekor burung. Setelah di dapat, maka semuanya dibunuh dan
dicincang dagingnya. Dan daging-daging itu dicampur baurkan. ia mengingat warna
bulu burung-burung yang berlainan. Kemudian ia meletakkannya di empat bukit.
Setelah semua perintah
Allah dilaksanakan maka iapun memanggilnya. Maka burung-burung itupun terbang
mendatangi nabi Ibrahim. Sepertinya burung-burung itu tidak pernah ditangkap
bahkan dicincang. Begitulah kekuasaan Allah. Bagi Allah menghidupkan burung itu
tidaklah repot. Apa susahnya, sebab semua yang dikehendaki pasti terjadi.
Burung-burung itu
adalah perumpamaan manusia yang dihidupkan sesudah mati. Allah tidak merasa
kesulitan untuk menghidupkan manusia kembali.
Setelah mengetahui
kejadian yang ajaib itu, maka Ibrahim menjatuhkan diri seraya mengucapkan dan
mensucikan Allah. Keyakinannya pada Allah semakin mendalam setelah melihat
kejadian itu. Sehingga hatinya telah dimasuki iman oleh Allah dan tidak mungkin
dapat dipengaruhi walaupun disogok dengan apapun juga. Dari kejadian itulah,
kelak sebagai bahan perdebatan dengan rajanya yang kejam, yang mengakui dirinya
tuhan
6. Ibrahim Kembali pada Kaumnya
Setelah mengetahui alam
sekitarnya dan mengetahui Tuhannya, maka nabi Ibrahim tidak betah lagi tinggal
di goa. Hal ini dikatakan pada ibunya. la juga ingin mengetahui sanak kerabatnya.
Sebab sejak kecil hingga dewasa ia tidak pernah diajak ibu atau ayahnya pergi
ke kampung halaman.
Mendengar permintaan
anaknya, ibu Ibrahim masih takut dan khawatir akan terjadi pembunuhan. Untuk
itu ia tidak mengizinkan-nya. Namun keinginan yang ada di benak Ibrahim tidak
dapat dibendung lagi, sehingga ia pergi meninggalkan goa, diam-diam mengikuti
ibunya.
Ibu Ibrahim tidak
mengira kalau anaknya mengikuti dari jarak jauh. Ketika tiba di rumah dan tidak
lama kemudian Ibrahim muncul juga. Dengan serta merta ayah dan ibunya menyuruh
masuk kemudian menutup kembali pintu rumah.
Pertemuan yang
mengharukan itu tidak sampai terdengar tetangga. Ibrahim menciumi kening
ayahnya, begitu pula sebaliknya. Mereka saling berbagi rasa. Meskipun demikian
kedua orang tua Ibrahim masih was-was dengan kekejaman raja Namrudz.
Kepulangan nabi Ibrahim
yang sembunyi-sembunyi itu bersamaan dengan meredanya pembunuhan bayi. Sehingga
ia terhindar dari pembunuhan itu sebab sewaktu pulang ke kampungnya sudah
dewasa. Pembunuhan bayi laki-laki yang diperintahkan raja masih tetap berjalan
meskipun tidak seperti dulu.
Melihai kejadian
seperti ini, nabi Ibrahim hanya mengurut dada dan meminta pada Allah agar
ditunjukkan jalan kebenaran bagi orang-orang yang berlaku kejam.
Di perkampungan itu
nabi Ibrahim melihat tingkah laku masyarakat yang aneh. Apa yang dilihat nabi
Ibrahim sangat tidak masuk akal sama sekali. Orang-orang tidak menyembah kepada
Allah melainkan menyembah berhala yang dibuat ayahnya. Hal ini membuat penasaran
bagi nabi Ibrahim, karena sebelumnya tak pernah dijumpai hari seperti itu.
Sumber: http://sejarahkisahnabi.blogspot.co.id
EmoticonEmoticon