Pada suatu hari Musa
berjalan-jalan di kota, ia melihat orang Qibti dan orang Israil sedang
berkelahi. Karena keadaan tak seimbang Musa membela orang Israil itu. Orang
Qibti tidak mau diajak damai. Musa menjadi marah, lalu orang itu langsung
dipukulnya.
Ada seorang saksi yang
melihat kejadiannya itu, Musa dilaporkan kepada Fir”aun. Setelah Fir”aun tahu
bahwa Musa membela orang Israil ia segera memerintahkan orang untuk menangkap
Musa. Musa melarikan diri, tujuannya ke negeri Madyan, ia menyesal telah
membunuh orang sehingga ia bertaubat dan memohon ampun kepada Allah swt. Allah
swt mengabulkan do”a nya dan ia diampuni.
Perjalan Musa dari
Mesir ke Madyan harus ditempuh jalan kaki selama delapan hari, karena kelelahan
dan merasa lapar, Musa beristirahat di bawah pepohonan.
Tak jauh dari tempatnya
beristirahat ia melihat dua orang wanita cantik sedang berebut untuk
mendapatkan air di sumur guna memberi minum ternak yang mereka gembalakan.
Gadis-gadis cantik itu berebutan dengan sekelompok pria kasar yang mau menang sendiri. Musa segera bergerak menolong
dua gadis itu, laki-laki kasar tadi mencoba melawan Musa, tapi Musa dapat
mengalahkan sekelompok pria kasar itu.
Pernikahan Nabi Musa
Kedua orang gadis itu
melaporkan apa yang telah dialaminya kepada ayah mereka di rumah. Ayah mereka
yaitu nabi Syu”aib memerintahkan kepada
anak gadisnya untuk mengundang Musa ke rumah mereka.
Musa memenuhi undangan
itu, keluarga itu senang melihat kedatangan Musa, sikapnya sopan dan tampak
sekali jika ia seorang pemuda berpendidikan dari kalangan bangsawan. Musa
kemudian menceritakan peristiwa yang membuatnya yang terusir dari negeri Mesir.
Nabi Syu”aib kemudian menyarankan agar Musa tinggal di rumahnya supaya
terhindar dari orang-orang Fir”aun.
Atas saran anaknya nabi
Syu”aib kemudian bermaksud mengawinkan Musa dengan salah seorang putrinya. Musa
diminta bekerja untuk menggembalakan ternak-ternak nabi Syu”aib selama delapan
tahun. Itu adalah syarat atau mas kawin. Musa setuju malah ia menggenapkannya
menjadi sepuluh tahun untuk menggembalakan ternak nabi Syu”aib.
Musa menjalani masa
perjanjiannya dengan nabi Syu”aib dengan sabar. Selama itu nampaklah bagi
keluarga Syu”aib bahwa Musa adalah pemuda kuat, perkasa, jujur dan dapat
dipercaya, tak jika nabi Syu”aib menikahkan anaknya untuk menjadi menantu.
Musa sangat bahagia
bersama isterinya.Nabi Syu”aib juga merasa lega karena anaknya mendapat
pelindung yang dapat dipercaya. Setelah bertahun-tahun hidup dinegeri Madyan
dengan isterinya, pada suatu hari Musa ingin kembali ke Mesir.
Sumber: http://dunia-nabi.blogspot.co.id/
EmoticonEmoticon