-->

Sabtu, 03 September 2016

Kisah Kepulangan Musa Ke Mesir

Musa sadar bahwa tidak mustahil orang-orang Mesir masih akan mencarinya, maka ia menempuh perjalanan ke Mesir dengan jalan memutar, tidak melalui jalan biasa. Isterinya turut menemani perjalanan Musa. Pada suatu malam Musa dan isterinya tersesat, tak tahu arah mana yang harus ditempuh untuk meneruskan perjalanan mereka ke Mesir. Di saat itulah ia melihat api yang terang benderang di atas sebuah bukit. Musa berkata kepada isterinya “Tunggulah di sini, aku akan mengambil api itu untuk menerangi perjalanan kita”.

Isterinya menurut, Musa menghampiri api itu, setelah ia dekat dengan api itu tiba – tiba terdengar seruan “ Hai Musa, Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci. Thuwa dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepada Mu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah swt, tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.

Kisah Kepulangan Musa Ke Mesir


Inilah wahyu pertama yang di terima langsung oleh nabi Musa as. Ia telah diangkat sebagai Nabi dan Rasul, selanjutnya ia dibekali pula mu”jizat sebagai bekal untuk berhadapan dengan Fir”aun. Nabi Musa diperintah Tuhan supaya meletakkan tongkat yang dipegangnya ke tanah. Tongkat pemberian mertuanya itu mendadak berubah menjadi seekor ular yang besar. Musa ketakutan dan berlari menjauh. Allah swt berfirman: ”Jangan takut, peganglah itu, Kami akan mengembalikannya seperti keadaaannya semula.”

Maka ketika ular itu ditangkap mendadak berubah lagi menjadi sebatang tongkat , Mu”jizat kedua, Allah swt memerintahkan nabi Musa mengepitkan tangannya ke ketiak, setelah perintah itu dilaksanakan tangannya menjadi putih cemerlang. Allah swt memerintahkan Musa berangkat ke Mesir untuk berdakwah kepada Fir”aun. Musa merasa takut karena dulu pernah membunuh orang Mesir, tapi Allah menjanjikan perlindungan untuknya maka hati Musa menjadi tentram. Ia juga minta kepada saudaranya Harun agar dipertemukan dengannya untuk bersama-sama menghadap kepada Fir”aun, sebab Harun lebih fasih berbicara dan berdebat.

Permintaan Musa dikabulkan yang masih berada di Mesir digerakkan hatinya sehingga berjalan menemui Musa bersama-sama kemudian mereka menghadap kepada Fir”aun. Bertemu dengan seorang raja yang mengaku dirinya Tuhan bukanlah hal yang mudah. Mereka harus melalui lika-liku birokrasi dan protokoler yang rumit, namun akhirnya mereka dapat bertemu juga. Fir”aun di dampingi beberapa penasihat dan para pejabat pemerintah lainnya. “Siapakah kamu berdua ini ? Tanya Fir”aun. Musa menjawab “Musa dan Harun adalah pesuruh Allak swt. Kami diutus kepada Mu agar kau membebaskan bangsa Israil dari perbudakan dan penindasanmu dan menyerahkannya kepada kami agar mereka menyembah kepada Allah dengan leluasa dan menghindari siksaan Mu”.

Fir”aun tertawa sinis dan mengejek Muda dengan mengatakan bahwa Musa tidak tahu diri. Dulu ia diasuh dan dibesarkan di istana Mesir kini malah berbalik menentang Fir”aun. Musa dianggap orang yang tak tahu balas budi. Musa menjawab bahwa sesuatu itu dikarenakan ulah Fir”aun sendiri. Seandainya Fir”aun tidak memerintahkan membunuh bayi laki-laki, tidak mungkin ia di hanyutkan di sungai Niil dan akhirnya ditemukan dan diambil sebagai anak angkat oleh isteri Fir”aun. Jadi Musa merasa tidak berhutang budi, hanya Fir”aun sendiri yang menyebabkan semua itu dari ulah sendiri Fir”aun sehingga terjadi.

Musa berkata: ”Adapun mengenai pembunuhan yang dulu kulakukan adalah akibat godaaan setan, namun peristiwa itu akhirnya menjadi rahmat terselumbung bagiku, sebab dalam pengembaraanku setelah aku melarikan diri dari negerimu, aku dikaruniai hikmah dan ilmu oleh Allah dan aku diutus sebagai Rasul, maka datanglah aku kepadamu untuk mengajak engkau dan kaummu menyembah kepada Allah swt dan meninggalkan kezaliman serta penindasanmu terhadap kaum bangsa Israil. Siapakah Tuhan yang kau sebut-sebut itu? Musa bertanya kepada Fir”aun.Adakah Tuhan yang lain diatas bumi ini selain aku yang patut disembah dan di puja?

“Ya, ada yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seluruh alam semesta” jawab Musa. Demikianlah terjadi perdebatan antara Musa dan Fir”aun. Fir”aun sama sekali tak dapat menolak hujah dan alasan Musa yang diwakili Harun. Fir”aun akhirnya mengancam  Musa dan Harun dengan berkata : ”Hai Musa, jika Engkau mengakui Tuhan selain aku maka pasti engkau kumasukkan dalam penjara’” Musa berkata lagi : ”Apakah Engkau akan memenjarakan aku walaupun aku dapat membuktikan dan memberikan tanda – tanda kebenaran dakwahku”? Fir”aun menantang dan berkata “Datangkanlah tanda – tanda  yang dapat membuktikan kebenaran kata – katamu jika memang kau benar-banar tidak berdusta”

Musa Dan Ahli Sihir Firaun


Musa kemudian melemparkan tongkatnya, mendadak berubah menjadi ular yang merayap ke arah Fir”aun dan lari ketakutan dan minta agar Musa menangkap ularnya lagi itu. Begitu ditangkap ular itu berubah menjadi tongkat lagi. “Adakah bukti kebenaranmu yang lain?” Tanya Fir”aun. Musa kemudian memasukkan tangannya ke dalam baju dan ketika dikeluarkan lagi tangan itu menjadi putih cemerlang, menyilaukan mata Fir”aun dan para pejabatnya. Meski mu”jizat Nabi Musa telah dikeluarkan Fir”aun tetap belum percaya, ia mengira nabi Musa telah mengeluarkan ilmu sihir, maka ia hendak mengumpulkan ahli – ahli sihir di seluruh kerajaan Mesir untuk bertanding melawan nabi Musa. Tantangan itu disampaikan kepada nabi Musa dan sudah ditentukan waktunya pula, Musa menyanggupi tantangan itu.

Pada hari yang telah ditentukan berkumpullah para ahli sihir ditempat yang telah ditentukan pula. Rakyat turut menyaksikan pula adu kepandaian sihir itu. Setelah semua berkumpul, Fir”aun memberi aba – aba agar pertandingan di mulai. Nabi Musa mempersilahkan para ahli sihir andalan Fir”aun untuk menampilkan kebolehan lebih dahulu. Mereka melemparkan tali dan tongkat – tongkatnya, tak lama kemudian tali-tali dan tongkat yang mereka lemparkan itu berubah menjadi ular, jumlah ribuan ekor ular. Fir”aun tertawa bangga menyaksikan kebolehan para ahli sihirnya. Rakyat banyak juga yang terkagum – kagum melihat kejadian tersebut.

Setelah itu dengan tenang nabi Musa melemparkan tongkatnya , tongkat itu segera berubah menjadi ular  yang sangat besar dan langsung memakan ular – ular para ahli sihir Fir”aun. Dalam waktu yang singkat ular – ular para ahli sihir itu habis ditelan ular besar nabi Musa. Para ahli sihir itu terbelalak  mata dan heran melihat kejadian itu, apa yang ditampilkan oleh nabi Musa, bukanlah sihir seperti yang mereka pelajari dari setan. Sadar akan hal itu para ahli sihir sama berlutut dan menyatakan diri menjadi pengikut ajaran nabi Musa. Mereka bertaubat dan hanya akan menyembah kepada Allah swt saja.

Fir”aun murka melihat pembelotan para ahli sihir yang telah bertaubat itu. Ia mengancam akan menyiksa para ahli sihir itu dengan siksaan di luar batas peri kemanusianan. Namun para ahli sihir itu tiada merasa takut, mereka tetap memilih menjadi pengikut Nabi Musa. Sejak saat itu terdapat dua aliran di Mesir, yang pertama mereka menyembah Fir”aun dan yang kedua para pengikut nabi Musa, Namun para pengikut nabi Musa makin lama makin banyak jumlahnya, sebab ajaran nabi Musa sangat jelas dan mereka dihormati sebagai makhluk Tuhan sama seperti lainnya. Tidak demikian Fir”aun yang selalu bertindak bengis dan kejam.

Kehancuran Firaun Dan Pengikutnya


Kebengisan Fir”aun semakin menjadi – jadi, para pengikut nabi Musa disiksa diluar batas perikemanusiaan agar menjadi kafir dan mengikuti perintah Fir”aun. Nabi Musa kemudian berdoa agar Allah swt menimpakan azab kepada Fir”aun dan para pengikutnya. Dan do”anya dikabulkan oleh Allah swt. Mesir dilanda kemarau panjang sehingga banyak panen yang gagal, tanaman dan pepohonan banyak yang mati. Disusul badai topan yang merobohkan rumah – rumah mereka, jutaan belalang didatangkan menyerbu hewan dan perkebunan mereka, juga kutu-kutu dan katak, terakhir semua air di negeri Mesir mendadak berubah menjadi darah. Wabah penyakit melanda dimana – mana, setiap anak laki – laki bangsa Mesir mendadak mati tidak terkecuali anak – anak Fir”aun sendiri termasuk putra mahkotanya.

Dalam keadaan demikian mereka mendatangi nabi Musa agar berdo”a kepada Tuhan untuk mencabut azab itu, nabi Musa mau berdo”a setelah Fir”aun berjanji akan membiarkan kaum Bani Israil pergi dari negeri Mesir bersama nabi Musa. Namun setelah azab itu berhenti dan keadaan menjadi normal Fir”aun mengingkari janjinya. Kaum bani Israil yang menjadi buruh, budak dan sebagainya tetap diperintahkan bekerja di Mesir dan para pengikut nabi Musa masih banyak yang disiksanya.

Dalam keadaan demikian datanglah wahyu dari Allah swt agar nabi Musa mengajak kaumnya pergi meninggalkan wilayah negeri Mesir. Mereka berangkat secara diam-diam dimalam hari, takut bilamana ketahuan dari Fir”aun, namun akhirnya Fir”aun mengetahuinya juga, ia dan bala tentaranya segera menyusul rombongan nabi Musa. Rombongan nabi Musa telah sampai di tepi Laut Merah, mereka tak dapat melanjutkan perjalanan karena terhalang laut. Para pengikut nabi Musa panik karena Fir”aun dari kejauhan sudah tampak bersama dengan bala tentaranya yang akan membunuh rombongan nabi Musa. “Nabi Musa berkata jangan takut Tuhan tetap bersama kita”, dan sambil memukulkan tongkatnya kelaut. Seketika itu laut terbelah, para pengikut nabi Musa segera berjalan di tengah – tengah laut yang sementara terbelah itu.

Setelah mereka sampai di daratan seberang, Fir”aun tiba dan menyusul mereka melalui jalan di laut yang terbelah. Namun ketika Fir”aun  dan para pengikutnya sampai dipertengahan mendadak laut yang terbelah itu mangatup kembali, sehingga Fir”aun tenggelamlah dan para pengikutnya  semua binasa tanpa trersisa. Sesudah selamat dari kejaran Fir”aun, nabi Musa dan pengikutnya meneruskan perjalan mereka, dan dalam perjalan kehausan dan tidak mendapat air nabi Musa memukulkan tongkatnya ke batu, maka dari batu itu memancarlah air yang dapat mereka minum. Sewaktu mereka berada di semenanjung Sinai mereka kepanasan, matahari seperti memanggang bumi. Tak ada tempat berteduh karena tak satupun pohon yang terlihat oleh mereka, di saat seperti inilah Allah swt memberikan nikmatnya berupa awan yang melindungi perjalanan mereka.


Dan ketika kehabisan bekal, mereka minta kepada nabi Musa agar Allah swt menurunkan makanan buat mereka. Allah swt kemudian memberi mereka makanan berupa  Manna dan Salwa. Manna rasanya manis seperti madu, sedang Salwa adalah burung puyuh yang datang berbondong – bondong silih berganti, setelah mereka mendapatkan makanan yang baik itu mereka bukannya bersyukur malah mereka mau minta makanan dari jenis yang lain lagi. Inilah kerewetan kaum Bani Israil.

Sumber: http://dunia-nabi.blogspot.co.id/


EmoticonEmoticon